Kenapa Budidaya Padi Tidak Bisa Maksimal

Kenapa budidaya padi tidak bisa maksimal??? Karena pada umumnya petani masih menggunakan teknologi budidaya padi jadul…, antara lain : 1. Benih sangat lokal/turun temurun sehingga kualitasnya sudah menurun (mengalami persilangan bebas), respon terhadap pupuk kurang serta mudah terkena hama dan penyakit. 2. Umur benih siap tanam terlalu tua (diatas 30 hss) sehingga waktu pembentukan anakan pendek (begitu tanam langsung keluar padi). 3. Mencabut benih dengan cara ditarik menyebabkan akar tanaman terputus, sehingga tanaman mengalami stres. Setelah ditanam pulihnya lama. 4. Tanam benih terlalu dalam dan akar terbalik sehingga waktu untuk pulih/nglilir lama. Butuh sekitar 10 hari untuk nglilir/pulih dan tumbuh normal. 5. Jarak tanam terlalu rapat (kurang dari 20 cm) menyebabkan kelembaban lingkungan tinggi, tanaman mudah terkena penyakit (nglaras). Jarak tanam ideal 25 x 25 cm, 30 x 30 cm atau menggunakan Jajar Legowo 2:1 dengan jarak tanam 40 x 20 x 12,5cm. 6. Tanaman perlubang terlalu banyak/bowor (lebih dari 5 tanaman) menyebabkan terjadinya kompetisi perebutan makanan, sehingga tanaman cenderung tidak beranak. 7. Olah tanah tidak maksimal (tanah masih keras) menyebabkan terganggunya perakaran tanaman (tanaman sulit beranak). Biasanya lahan habis perguliran tanam sayuran/palawija. 8. Pemupukan kurang berimbang, mereka cenderung menggunakan pupuk tunggal Urea. Akibatnya tanaman terlalu subur dan mudah terkena penyakit. Pengisianan dan pembentukan bulir padi juga tidak maksimal karena unsur P dan K tidak terpenuhi. 9. Waktu pemupukan tidak tepat menyebabkan pertumbuhan tanaman terganggu (tanaman stagnasi/mogok). Pemupukan pertama setelah padi berumur 20-25 hari atau setelah mereka punya uang untuk beli pupuk. 10. Penanganan hama dan penyakit yang kurang pas. Bila terserangan hama parah baru disemprot insektisida. Tetapi bila tanaman kena penyakit jamur (ciri2nya daunnya nglaras) tidak langsung dilakukan penyemprotan dengan fungisida (misal score, dll). Mereka lebih takut dengan walang sangit dari pada nglaras. 11. Penggunaan insektisida/racun yang kurang tepat sasaran, kebanyakan menggunakan racun untuk ulat (mis matador dan curacron) padahal racun tadi tidak effektif untuk jenis wereng, kutu2an, belalang dan walang sangit. 12. Pada masa pertumbuhan, petani cenderung melakukan pengairan yang berlebih. Hal ini menyebabkan tanaman kekurangan oksigen dan keracunan zat besi sehingga pembentukan anakan terganggu. Sebaiknya pengairan dibuat macak2 dan sesekali dikeringkan agar oksigen masuk ke dalam tanah dan merangsang tanaman untuk beranak banyak. 13. Pada saat bunting, bila kekurangan air akan menyebabkan pengisian bulir padi tidak maksimal (banyak gabah hampa/gabug) karena tanaman sangat membutuhkan air untuk pembentukan bulir2 padi, 14. Dengan tidak adanya air pada saat pengisian bulir padi (fase generatif) akan memacu pembentukan anakan lagi (fase vegetatif), sehingga cadangan makanan yang digunakan untuk pengisian bulir, terbagi untuk pembentukan anakan lagi (tetapi tidak produktif).

Komentar

  1. apakah kita harus mendatangkan orang asing (negara ekspor beras terbaik) datang ke indonesia?
    saya ingin sekali indonesia maju dalam bidang agraris

    BalasHapus
  2. ini blog thl atau blog blogan? tugas thl sebagai penyuluh, bukan penyalah atau penyangkal.malu dong sama petani yang notabene bukan orang terpelajar, tapi mereka selalu dan selalu berupaya berusaha menjadi lebih baik. trims

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

MELODI (MELON DIENG), PEPINO (Solanum muricatum Aiton)DARI DATARAN TINGGI DIENG

40 HARI SUDAH PANEN CABAI, TOMAT, TERONG DAN SAYURANAN LAINNYA....